Kamis, 26 Januari 2012

MATERI AKREDITASI RUMAHSAKIT


Buku – Buku Pedoman Akreditasi Rumah Sakit
Berikut beberapa buku-buku serta peraturan-peraturan yang dapat membantu dalam penyusunan akreditasi sebuah rumah sakit. Mohon difasilitasi pengadaannya.
No. PELAYANAN PEDOMAN PERATURAN
1. Administrasi dan Manajemen Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Depkes, 1994
Prosedur dan Teknik Penyusunan Master Budget Rumah Sakit (1996)
Petunjuk Tehnis Tata Cara Pengelolaan Keuangan RS Instansi Pengguna PNBP, Depkes, 1998
Pedoman Akuntansi RS, Depkes, 2003
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (2001)
Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan, Depkes, 2001
Program (dr. Luwiharsih)
Pedoman penyusunan SOP untuk RS (dr. Nico A. Lumenta)
Indikator Kinerja Rumah Sakit, Depkes, 2005
Pedoman Etika Promosi Rumah Sakit, Persi, 2006
Standar Kamar Jenazah,Depkes,2004
Pokok-pokok Pedoman Arsitektur Medik Rumah Sakit Umum,Depkes,1998 Himpunan Peraturan yang berkaitan dengan akreditasi, Persi – KARS,1998
UU 29/2004 tentang Praktik Kedokteran
UU NO 44/2009 tentang RSD
Kepmenkes 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal RS (Hospital Bylaws)
Permenkes 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
Kepmenkes 1426/Menkes/SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
SE Dirjen Yanmed YM.02.04.3.5.2504 tahun 1997 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien,Dokter dan Rumah Sakit.
indikator klinik
indikator spm
2. Pelayanan Medik Kode Etik Kedokteran Indonesia
Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety),Depkes 2006
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP),KKP-RS,2007
Standar Pelayanan Rumah Sakit,Depkes,1999
Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit,WHO-Depkes,2001
Indikator Kinerja Rumah Sakit,Depkes,2005
Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik Di Indonesia,KKI,2006
Manual Komunikasi Efektif Dokter-Pasien,KKI,2006
Pedoman Ponek
materi doddy firmanda
materi nico lomenta
indikator klinik Permenkes 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik
Keputusan Dirjen Yanmed HK.00.06.3.5.1866 tentang Pedoman Persetujuan Tindakan Medik (Informed Concent),1999
Keputusan Dirjen Bina Yanmed HK.00.06.1.4.5390 tentang Pedoman Advokasi dan Bantuan Hukum Dalam Penanganan Kasus Pelayanan Medis di Rumah Sakit,2005
Kepmenkes 496/Menkes/SK/X/2004 tentang Pedoman Audit Medis di RS
Kepmenkes 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis di Rumah Sakit
SE Dirjen Yanmed YM.02.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien,Dokter dan Rumah Sakit
3. Pelayanan Gawat Darurat Pedoman Pelayanan Gawat Darurat, Depkes, 1995
Pedoman Kesiapsiagaan dan Kewaspadaan Rumah Sakit Pada Penanggulangan Musibah Masal/ Bencana, Depkes,1998
Penatalaksanaan Korban Bencana Massal, Depkes, 2002
Pedoman Kerja Perawat Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit,Depkes,1999
Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Di RS,Depkes,2005
Materi Teknis Medis Khusus,Depkes,2005
Materi Teknis Medis Standar (ABCDE),Depkes,2005
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, Depkes 2006
Pedoman Penatalaksanaan Identifikasi Korban Mati Pada Bencana Massal,Depkes-Polri,2004
Pedoman Penatalaksanaan Keracunan Untuk RS, Depkes-WHO,2001 Kepmenkes 1279/Menkes/SK/XI/2001 tentang Penilaian Risiko Bencana di Provinsi dan Kabupaten/Kota
4. Pelayanan Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan,Depkes,1997
Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit,Depkes,1999
Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit,Depkes,2001
Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan,Depkes,2001
Standar Peralatan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan,Depkes,2001
Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Depkes,2002
Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Depkes,2005
Dasar-dasar Asuhan Kebidanan,Depkes,2005
Pedoman Perancangan Ruang Rawat Inap Rumah Sakit, Depkes,2005
Pedoman Penanggulangan KLB – DBD Bagi Keperawatan di RS Dan Puskesmas,Depkes,2006
5. Pelayanan Rekam Medik Pedoman Pengelolaan Rekam Medis di Rumah Sakit,Depkes,1997
Buku Petunjuk Pengisian,Pengolahan dan Penyajian Data RS, Depkes, 2005
Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan, PORMIKI, 2008 Permenkes 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis
Kep Dirjen Yanmed 78/1991 tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di RS
SE Dirjen Yanmed HK.00.06.1.5.01160 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir Rekam Medis Dasar dan Pemusnahan Arsip Rekam Medis di Rumah Sakit,1995
6. Pelayanan Farmasi Pedoman Pengelolaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit,Depkes,1990
Pedoman Kerja untuk Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit,Depkes,1998
Pedoman Pelayanan Farmasi Rumah Sakit, ISFI, 2001 Kepmenkes 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
Kepmenkes 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
7. Keselamatan Kerja,Kebakaran,dan Kewaspadaan Bencana Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit,Depkes,1996
Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia,Depkes,2000
Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan,Depkes,2003
Pedoman penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan limbah cair di rumah sakit,Depkes,2006 UU No. 1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja
Kepmenkes 875/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Kepmenkes 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
Kepmenkes 1217/Menkes?SK/XI/2001 tentang Pedoman Pengamanan Dampak Radiasi
Kepmenkes 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawas Kualitas Air Minum
Kepmenkes 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit
Kepmenkes 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan
Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Kepmenkes 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit
8. Pelayanan Radiologi Pelayanan Radiologi Rumah Sakit Umum Klas B Pendidikan,Depkes,1999
9. Pelayanan Laboratorium Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis,Depkes,1997
Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit,Depkes,1998
Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar, Depkes,2004 Kepmenkes 943/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan
10. Pelayanan Kamar Operasi Standar Umum Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit,Depkes,1999
Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Depkes, 2003
Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Kelas B, Depkes, 2004
Standard,Pedoman dan Pernyataan,Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia (IDSAI) Jaya,2003
11. Pelayanan Pengendalian Infeksi Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial Rumah Sakit,Depkes,1993
Pedoman Pengendalian Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit,Depkes,2001
Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit,Depkes,2002
Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas, 2004
Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit, Depkes, 2004
Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan,Depkes,2003
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Kesehatan Lainnya,Depkes,2007
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Kesehatan Lainnya,Depkes – Perdalin – JHPIEGO,2007
12. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di Rumah Sakit,Depkes,1991
Pedoman Pelayanan Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas C dan D,Depkes,1991
Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter,Bidan,dan Perawat di Rumah Sakit,IDAI – Depkes,2004
Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B (non pendidikan),C dan D,Depkes,2006
13. Pelayanan Rehabilitasi Medik Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di RS Kelas A,B,dan C,Depkes,1997
Standar Operasional Prosedur Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit,Depkes,2002
Indikator Klinik Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit,Depkes,2002
14. Pelayanan Gizi Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Depkes 2003
15. Pelayanan Intensif Standar Umum Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit, Depkes, 1999
Standar Pelayanan ICU, Depkes, 2003
Standar Pelayanan ICCU di Rumah Sakit, Depkes, 2003
Pedoman Pencegahan dan Penananggulangan Infeksi di ICU, Depkes, 2004
Standar Pelayanan Keperawatan Di ICU, Depkes, 2006
16. Pelayanan Darah Standar Penggunaan Darah, Depkes, 1996
Buku Pedoman Pelayanan Transfusi Darah, Modul 1 – 4, Depkes, 2003
Transfusi Komponen Darah,HTA,Depkes,2003
PEDOMAN
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JAMINAN MUTU (QA)
DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
I. PENDAHULUAN
• Latar Belakang
• Tujuan.
II. PROGRAM JAMINAN MUTU
1. Prinsip-Prinsip Program Jaminan Mutu di Rumah Sakit
2. Pentahapan Program Jaminan Mutu di Rumah Sakit.
III. PENTAHAPAN PELATIHAN JAMINAN MUTU DI RUMAH SAKIT.
1. Inisiasi
2. Transformasi
3. Integrasi.
IV. PENUTUP
Bab I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan dibidang pelayanan langsung seperti Rumah sakit,bertujuan untuk me-ningkatkan mutu,cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan medik dan rujukan kesehatan secara terpadu serta meningkatkan dan memantapkan manajemen pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan peren-canaan,pelaksanaan,pengawasan,pengendalian dan penilaian.
Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan informasi yang demikian cepat dan diikuti oleh tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik meng-haruskan sarana pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus menerus seiring dengan perkembangan yang ada pada masyarakat tersebut. Pengembangan yang dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang ada.
Apabila rumah sakit tidak mempersiapkan diri secara lebih baik dalam upaya peningkatan mutu pelayanan,maka sarana tersebut akan dijauhi masyarakat dan masyarakat akan mencari sarana kesehatan alternatif. Untuk itu setiap rumah sakit harus meningkatkan penampilannya secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat agar dapat terus berkembang.
Salah satu usaha peningkatan penampilan dari masing masing sarana pelayanan seperti rumah sakit adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan di semua unit pelayanan,baik pada unit pelayanan medik,pelayanan penunjang medik,ataupun pada unit pelayanan administrasi dan manajemen melalui program jaminan mutu.
Kegiatan peningkatan mutu tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan berbagai pendekatan atau kegiatan mutu diantaranya dengan mengembangkan Gugus Kendali Mutu,Pengendalian Mutu Terpadu,Penyusunan/Penerapan standar pelayanan atau penyediaan pelayanan prima di rumah sakit.
Seperti diketahui Mutu Pelayanan Rumah Sakit merupakan derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat/konsu-men akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan profesi dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara wajar,efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma,etika,hukum dan sosio budaya,dengan memper-hatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat sebagai konsumen.
Didalam mencapai mutu tersebut diatas,maka upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit disusun berupa kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangkut Struktur,Proses dan Out Put/Out Come secara objektif,sistematik dan berlanjut,memantau dan menilai mutu serta kewajaran pelayanan tehadap pasien,menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien dan memecah-kan masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di rumah sakit berdaya guna dan berhasil guna. Upaya peningkatan mutu di rumah sakit bertujuan untuk memberikan asuhan atau pelayanan sebaik baiknya kepada pasien.
Adapun strategi upaya peningkatan mutu rumah sakit adalah sebagai berikut:
a. Rumah Sakit harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu pelayanan rumah sakit sehingga dapat menyusun langkah langkah upaya peningkatan mutu masing masing rumah sakit.
b. Memberi prioritas pada peningkatan sumberdaya manusia di rumah sakit termasuk kesejahteraan karyawan,memberikan imbalan yang layak,program keselamatan dan kesehatan kerja,program pendidikan dan pelatihan ,dll.
c. Menciptakan budaya mutu di rumah sakit,termasuk didalamnya menyusun program mutu rumah sakit,menyusun tema yang akan dipakai sebagai pedoman,memilih pendekatan yang akan dipakai dalam penggunaan standar prosedur serta menetapkan mekanisme monitoring dan evaluasi.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dibeberapa rumah sakit,menunjukkan bahwa sebagian besar Rumah Sakit terutama yang berada diluar pulau Jawa belum atau sedikit sekali tersentuh oleh pelatihan yang berwawasan mutu. Walaupun sebagian rumah sakit sudah tersentuh,tetapi hanya dalam penyebarluasan informasi tentang mutu saja,belum sampai pada tingkat konsep ataupun aplikasinya.
Pelatihan peningkatan mutu yang sekarang ini dilaku-kan di rumah sakit diantaranya:
• Pelatihan Total Quality Manajemen.
• Pelatihan Fasilitator Gugus Kendali Mutu.
• Pelatihan Manajemen Strateji RS
• Pelatihan Teknik Dokumentasi Standar Pelayanan Mutu RS
• Pelatihan Standar Asuhan Keperawatan.
• Pelatihan Akreditasi Rumah Sakit.
• Pelatihan Sumber Daya Manusia.
• Pelatihan Manajemen Pimpinan RSUD
• Dll
Untuk memperoleh keseragaman dalam penyeleng-garan pendidikan dan pelatihan mutu tersebut diatas,maka perlu disusun suatu pedoman yang merupakan petunjuk umum dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan mutu tersebut.
B. TUJUAN
Tujuan Umum: Tujuan dari pada kegiatan ini adalah tersusunnya pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jaminan mutu di Rumah Sakit.
Tujuan Khusus: Tersusunnya jenis pelatihan pada setiap fase dari langkah langkah penerapan jaminan mutu rumah sakit yaitu fase Inisiasi,Transformasi dan Integrasi.
Bab II
PROGRAM JAMINAN MUTU
A. PRINSIP-PRINSIP JAMINAN MUTU
Mutu tidak akan pernah dicapai dalam jangka waktu yang singkat. Hal tersebut memerlukan waktu yang sangat bervariasi tergantung dari pada standar mutu yang dinginkan. Pengertian tentang program jaminan mutu mungkin sudah sering kita ketahui dari berbagai sumber yang sangat bervariasi.
Secara singkat disebutkan bahwa program jaminan mutu melibatkan setiap orang yang berada dalam organisasi untuk peningkatan pelayanan yang terus menerus dimana mereka akan memenuhi kebutuhan standar dan harapan dari pada pelanggan,baik pelanggan intern ataupun ekstern. Hal ini adalah suatu metode yang mengkombinasikan teknik manajemen,keterampilan teknik,dan pemanfaatan penuh potensi sumber daya manusia dalam organisasi rumah sakit.
Program Jaminan Mutu dapat dibedakan dengan bentuk manajemen yang lain,dimana jaminan mutu didasarkan pada prinsip prinsip sebagai berikut:
• Setiap orang didalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan,pengertian dan peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing masing kontrol dan bertanggung jawab dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing masing orang.
• Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan masing masing pelanggan baik pelanggan eksternal maupun pelanggan internal.
• Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu dengan menggunakan data untuk pengambilan keputusan,penggunaan alat alat statistik dan keterlibatan setiap orang yang terkait.
• Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami.
• Pembentukan teamwork . Baik itu dalam part time teamwork,fulltime teamwork ataupun cross functional team .
• Adanya komitmen tentang pengembangan karyawan (development of employees ) melalui keterlibatan didalam pengambilan keputusan.
• Partisipasi setiap orang dalam merupakan dorongan yang positif dan harus dilaksanakan.
• Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investment/modal dalam rangka pengembangan kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk mencapai potensi yang mereka harapkan.
• Supliers dan Customer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu.
1. ORIENTASI PADA PELANGGAN
Dalam pandangan tradisional,pelanggan berarti orang yang membeli dan menggunakan produk suatu perusahaan/organisasi. Dalam hal ini pelanggan tersebut berinteraksi dengan perusahaan setelah proses menghasilkan produk. Sedangkan pihak pihak yang berhubungan dengan organisasi/perusahaan sebelum tahap proses disebut sebagai pemasok.
Dalam konsep quality manajemen,pelanggan dan pemasok ada didalam dan diluar organisasi. Pelanggan dikenal sebagai pelanggan eksternal dan pelanggan internal. Pelanggan eksternal adalah orang yang menggunakan produk atau jasa perusahaan . Pemasok eksternal adalah orang diluar organisasi yang menjual bahan mentah/bahan baku,informasi atau jasa lain kepada organisasi. Sedangkan didalam organisasi juga ada pelanggan internal dan pemasok internal. Misalnya dalam pelayanan pasien dirumah sakit. Dalam pemeriksaan laboratorium misalnya,dokter dan tenaga paramedis merupakan pelanggan internal dari pada petugas laboratorium,sedangkan bagian logistik yang menyediakan bahan bahan pemeriksaan dan peralatan lainnya merupakan pemasok internal. Oleh karena itu kualitas pekerjaan dari bagian logistik akan mempengaruhi kualitas pekerjaan petugas laboratorium sekaligus akan mempengaruhi kualitas pekerjaan dari pada tenaga medis.
Pada hakikatnya tujuan dari pada bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para pelanggan. Demikian pula dalam kegiatan pelayanan kesehatan,target utamanya adalah untuk kepuasan pelanggan dalam hal ini kesembuhan dari penyakit. Oleh karena itu hanya dengan memahami proses dan pelanggan maka organisasi dapat memahami dan menghargai makna dari pada kualitas. Semua usaha manajemen dalam jaminan mutu diarahkan pada satu tujuan utama yaitu terciptanya kepuasan pelanggan. Apapun yang dilakukan manajemen tidak akan ada gunanya bila akhirnya tidak menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Adanya kepuasan pelanggan dapat memberikan manfaat diantaranya:
• Hubungan antara Rumah Sakit dengan para pasien menjadi harmonis.
• Memberikan dasar yang baik bagi kunjungan ulang.
• Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut ( word of mouth ) yang menguntungkan bagi rumah sakit.
• Reputasi rumah sakit menjadi baik dimata pelanggan / pasien dan keluarga.
• Penghasilan rumah sakit meningkat.
2. CONTINOUS IMPROVEMENT
Persaingan global dan perubahan yang terjadi pada setiap pelanggan merupakan alasan perlunya dilakukan perbaikan yang berkesinambungan. Untuk mencapai perbaikan yang berkesinambungan,para manajer rumah sakit tidak cukup hanya menerima ide perbaikan,akan tetapi juga secara aktif mendorong setiap orang untuk mengidentifikasi dan menggunakan kesempatan perbaikan. Pelaksanaan proses berke-sinambungan ini meliputi penentuan dan pemecahan masalah yang memungkinkan,pemilihan dan imple-mentasi pemecahan yang paling efektif dn efisien,serta evaluasi ulang,standarisasi dan pengulangan proses.
Proses pembelajaran merupakan elemen yang penting dalam perbaikan. Pembelajaran memberikan dasar rasional untuk bertindak dan merupakan elemen penting kedua dalam perbaikan. Tingkat dan luasnya perbaikan dapat ditingkatkan dengan membuat perbaikan proses dan sistem sebagai bagian dari strategi organisasi,serta menciptakan suatu sistem untuk perbaikan. Sistem tersebut haruslah mendukung pengembangan keterampilan dan pengetahuan anggota organisasi untuk melaksanakan perbaikan. Hal hal yang harus diperhatikan dalam merancang sistem perbaikan antara lain: Pendidikan,Keteladanan manajer,Tanggung jawab yang jelas,Perbaikan diidentifikasi sebagai strategi yang penting,Identifikasi dan prioritas tindakan perbaikan,metode sistematis untuk perbaikan,dan lain lain.
Perbaikan terhadap mutu yang berkesinambungan memerlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan diantaranya adalah:
a. Perbaikan tersebut haruslah berdasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
Didalam implementasi jaminan mutu di rumah sakit,visi dan misi harus ditentukan dan merupakan dasar serta sentra yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan seluruh kegiatan. Visi dan Misi rumah sakit harus diinformasikan kepada semua karyawan mulai dari tingkat Manajer puncak sampai dengan pelaksana ditingkat front line. Dengan harapan apabila setiap orang yang terlibat di rumah sakit sudah mengetahui visi dan misi rumah sakit maka mereka akan bekerja dengan suatu arah yang dan terencana dengan baik.
b. Mengikuti Tahap Strategi Perbaikan.
Didalam menerapkan perbaikan,dikenal berbagai proses. Tidak ada satupun cara yang paling tepat untuk memperbaiki proses perbaikan,baik itu dalam bidang manufaktur ataupun dalam bidang jasa. Meskipun demikian ada beberapa strategi standar yang biasanya digunakan. Strategi tersebut antara lain:
• Menggambarkan proses yang ada
• Membakukan proses
• Menghilangkan kesalahan pada proses
• Merampingkan proses
• Mengurangi sumber sumber terjadinya variasi
• Menerapkan pengendalian proses statistikal
• Memperbaiki rancangan
3. SCIENTIFIC APPROACH
Pendekatan ilmiah merupakan langkah sistematis bagi setiap individu maupun Tim dalam proses pemecahan masalah dan perbaikan proses. Hal ini berarti bahwa dalam pengambilan keputusan harus selalu berdasarkan pada data,dan bukan merupakan perkiraan saja. Disamping itu harus pula melihat pada akar permasalahan dan bukan hanya berdasarkan gejala gejala yang terlihat pada permukaan. Demikian juga dengan pemilihan alternatif pemecahan masalah yang dipilih haruslah betul merupakan alternatif solusi yang baik, jangan merupakan solusi yang setiap saat harus diperbaiki.
Fokus pada pendekatan ilmiah adalah pengumpulan ,pengolahan dan pemanfaatan data. Dalam proses pengumpulan dan pemanfaatan data tersebut tidak dianjurkan untuk menggunakan ilmu statistik yang rumit. Dengan hanya menggunakan alat alat statistik yang sederhana seperti Grafik,Bar Chart,Peren-canaan waktu (Time Plot) dapat membantu para manajer atau petugas kesehatan untuk menghasilkan suatu peningkatan mutu secara terus menerus dan dengan demikian selanjutnya akan mengatasi seluruh permasalahan yang ada.
Banyak diantara kita telah bekerja selama bertahun tahun tanpa menggunakan data. Kita datang dengan berbagai ide untuk meningkatkan kinerja organisasi,akan tetapi kita hanya berangkat hanya berdasarkan pengalaman yang diterapkan dalam pekerjaan sehari hari atau hanya berdasarkan pembicaraan informal dengan para pasien atau pelanggan lainnya. Akibatnya adalah apabila terjadi masalah dikemudian hari,kita akan menggunakan pengalaman tersebut untuk mencari pemecahan masalahnya,maka kemungkinannya adalah bahwa masalah tersebut mungkin teratasi atau sama sekali tidak teratasi.
Tidak ada yang menyalahkan pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan pengalaman,pengeta-huan,perkiraan ataupun dengan intuisi seperti diatas. Kalau demikian halnya mengapa ditekankan tentang pemanfaatan data? Alasannya adalah sangat sederhana sekali yaitu bahwa pemanfaatan data adalah alat yang sangat tangguh yang dapat diikutkan atau diperhitungkan dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Pemanfaatan data tidak dapat menggantikan pengalaman ataupun pengetahuan dalam peningkatan proses ataupun dalam pengambilan keputusan,akan tetapi pengalaman dan pengetahuan tidaklah cukup untuk menghasilkan suatu keputusan yang tepat.
Apabila kita dihadapkan dengan masalah-masalah yang baru,biasanya kita membentuk suatu teori tentang apa yang telah terjadi berdasarkan pengalaman. Hal ini adalah suatu keadaaan yang normal. Akan tetapi kecenderungan yang sering terjadi adalah bahwa kita sering kali hanya melihat terhadap kesamaan dari pada kedua kejadian tersebut dan kita tidak melihat terhadap perbedaannya. Dengan meng-gunakan data,kita dapat menghindarkan perangkap-perangkap yang demikian. Penggunaan data dapat menolong kita untuk mengerti lebih dalam apa yang telah terjadi pada proses,service maupun produk.
Dengan menggunakan data akan membantu kita dalam memfokuskan permasalahan terhadap faktor-faktor yang betul-betul membuat suatu perbedaan atau variasi. Disamping itu pemanfaatan data dapat mem-bantu kita menghemat waktu,energi dan penggunaan sumber daya yang lebih efektif.
4. PEMBENTUKAN TEAM
Sekarang ini kita sudah memasuki lingkungan atau keadaan dimana goncangan-goncangan atau gangguan menjadi sesuatu hal yang biasa dan perubahan merupakan suatu yang tetap terjadi. Banyak faktor yang memaksa pengelola suatu rumah sakit mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan pasar/pelanggan dengan cara efektif dan efisien. Faktor-faktor ini diantaranya adalah termasuk kebutuhan untuk merespon perubahan teknologi yang begitu cepat dan luas,kecenderungan globalisasi disemua sektor dan tekanan-tekanan pengertian pasar termasuk keinginan dari pad pasien.
Untuk menghadapi kondisi tersebut dibutuhkan penge-tahuan,ketrampilan,pengalaman dan perspektif yang luas dan dilakukan secara bersama-sama dengan orang orang yang bekerja atau berkaitan dengan rumah sakit. Dengan demikian setiap rumah sakit diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi,membuat keputusan yang baik dan menyampaikan solusi tersebut terhadap para costumer (pelanggan).
Dengan perkataan lain dibutuhkan kerja sama dalam bentuk tim. Tim akan menciptakan suatu kondisi dimana para anggota akan tetap mempertahankan perubahan,mempelajari lebih banyak tentang kebutuhan dan memperoleh ketrampilan dalam kerja sama.
Dalam suatu organisasi,Team dibutuhkan apabila:
• Tugas-tugas yang diemban sangat kompleks.
• Kreatifitas dibutuhkan
• jalan yang harus ditempuh belum jelas
• Penggunaan sumber daya yang lebih efisien dibutuhkan
• Dibutuhkan belajar lebih cepat
• Mengerjakan komitmen yang tinggi
• Pelaksanaan dari rencana membutuhkan kerja sama dengan orang lain
• Tugas-tugas atau proses bersifat cross fungsional
Semakin banyak tugas-tugas yang berhubungan dengan hal diatas,maka organisasi akan membentuk tim untuk mengatasi tantangan tersebut.
Perusahaan/Organisasi akan lebih tergantung pada tim bila mereka menemukan bahwa metode pemecahan masalah yang tradisional,pengambilan keputusan,komunikasi dan kompetensi tidak cepat atau cukup flkesible untuk merespon terhadap perubahan yang ada. Tim-tim yang dibentuk akan digunakan untuk bentuk,seperti Manajemen Team On going work team,Improvment Team,Gugus Kendali Mutu,Forum Manajemen Menengah dll.
Rumah sakit menggunakan/memanfaatkan team untuk mencapai tujuan-tujuan dengan perbedaan yang luas, mengurangi penggunaan waktu yang tidak perlu,menambah siklus,mengurangi kesalahan pelayanan pada pasien dan melaksanakan pekerjaan sehari-hari,meningkatkan transaksi,merancang kembali sistem yang ada, lebih mengerti tentang kebutuhan pasien dan pelanggan lainnya.
Bab III
PENTAHAPAN PROGRAM JAMINAN MUTU
1. FASE INISIASI
1.1. Training Need Assessment (TNA)
Perbaikan mutu yang diberikan dengan terburu buru sering menyebabkan diambilnya keputusan yang salah tentang jenis pelatihan yang akan diberikan. Kesalahan kesalahan yang paling umum terjadi adalah sebagai berikut:
• Seorang petugas mengatakan kepada admi-nistrator rumah sakit bahwa ia mempunyai keterampilan baru. Mendapat informasi demikian,manajemen rumah sakit yang bersangkutan segera memberikan keterampilan tersebut kepada karyawannya tanpa mengetahui apakah karyawannya telah siap untuk mempelajarinya.
• Sebuah Rumah Sakit membeli peralatan baru untuk produk jasa pelayanan yang baru tanpa mempertimbangkan aspek pelatihan terlebih dahulu.
• Rumah Sakit melaksanakan pelatihan umum mengenai konsep kualitas secara luas tanpa menghiraukan bagaimana karyawannya akan menerapkan konsep tersebut dalam pekerjaannya sehari hari agar kualitasnya menjadi lebih baik.
• Suatu Rumah Sakit mengetahui bahwa pesaingnya sedang menerapkan teknik kualitas tertentu atau manajer rumah sakit membaca dari majalah atau surat kabar bahwa teknik tersebut sedang populer,sehingga dengan segera manajer tersebut memutuskan untuk melaksanakan pelatihan mengenai penerapan teknik kualitas tanpa memikirkan apakah hal tersebut cocok bagi rumah sakitnya.
Pelatihan yang baik dalm prosesnya dimulai dengan pengumpulan data dan informasi yang dapat menggambarkan jenis keterampilan yang dimiliki karyawan saat ini,dan keterampilan apa yang mereka perlukan untuk mencapai rencana jangka pendek dan jangka panjang yang telah ditetapkan,memuaskan pelanggan dan memperbaiki kualitas. Setelah data tersebut terkumpul,kemudian diolah dianalisis sehingga akhirnya kebutuhan akan pelatihan dapat ditentukan.
Pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan adalah sebagai berikut
1. Menentukan keterampilan karyawan yang diperlukan untuk mencapai strategi kualitas yang ditentukan oleh Rumah Sakit. Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh para manajer untuk menentukan kebutuhan pelatihan,diantaranya adalah:
a. Observasi.
Manajer RS dapat melakukan observasi terhadap beberapa aspek pokok,misalnya apakah terdapat masalah masalah yang spesifik dalam masing masing bagian? Apakah karyawan menghadapi masalah dalam melaksanakan tugas tugas tertentu dan Apakah pekerjaan pekerjaan secara konsisten mendukung proses ?
b. Wawancara
Manajer dapat mewawancarai para karyawan agar mereka mengungkapkan kebutuhannya berdasarkan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki. Karyawan mengetahui tugas yang harus mereka kerjakan setiap hari. Mereka juga harus mengetahui tugas mana yang dapat mereka kerjakan dengan baik,mana yang tidak dan mana yang tidak dapat dikerjakan sama sekali. Brainstorming merupakan cara efektif dalam proses perbaikan yang berkesinambungan bila karyawan bersedia mengemukakan pikiran dan pendapatnya.
c. Survei Job – Task Analysis
Dalam tahap ini dilakukan analisis terhadap dua aspek utama. Pertama terhadap aspek pekerjaan secara keseluruhan dan kedua terhadap aspek pengetahuan,keterampilan serta sikap yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
Berdasarkan informasi dari hasil analisis tersebut,maka instrumen survei dikembang-kan dan disebarkan kepada para karyawan yang akan diteliti. Dalam mengembangkan instrumen,ada baiknya melibatkan karyawan yang akan disurvei agar informasi yang diperoleh lengkap dan tidak mengabaikan kriteria kriteria seperti kerja sama tim,sensitivitas terhadap umpan balik pelanggan terutama pelanggan internal dan keterampilan interpersonal.
d. Focus Group Diskusi (FGD)
Dalam metode ini kelompok karyawan tertentu diminta untuk membicarakan siklus mutu yang berkaitan dengan pelatihan. Rapat yang dilakukan tanpa manajer atau penyelia tersebut akan menjadi lebih terbuka untuk menyadari bahwa mereka memerlukan pelatihan.
e. Sistem saran
Sistem saran organisasi ( baik melalui kotak saran,maupun saran yang diajukan secara langsung) juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan.
2. Melakukan penilaian kebutuhan pelatihan secara periodik untuk mengidentifikasi topik topik yang baru.
3. Menggunakan proses identifikasi kebutuhan berkelanjutan yang meliputi evaluasi terhadap pelatihan yang telah diikuti karyawan dan saran dari unit bisnis maupun para manajer akan diperlukannya suatu pelatihan baru.
4. Melakukan Benchmarking (patok duga ) terhadap rumah sakit lain untuk menentukan apa yang mereka lakukan dan dimana mereka melakukan program pelatihan bagi para karyawannya.
1.2. SEMINAR TENTANG SADAR MUTU.
( Quality Awareness Workshop ).
Kegiatan ini sangat penting dilaksanakan sebelum kegiatan program jaminan mutu dilakukan pada suatu tempat. Adapun tujuan dari pada kegiatan ini adalah untuk membangun suatu komitmen yang tinggi dari pada petugas kesehatan terutama petugas rumah sakit beserta instansi terkait dari tingkat manajemen atas sampai dengan tingkat pelaksana mutu itu sendiri.
Adapun topik topik yang diberikan dalam seminar ini adalah: Pengertian mutu,Jaminan Mutu,Budaya Mutu,Konsep Pelanggan,Manfaat Mutu dll,tergantung dari waktu yang disediakan dalam workshop tersebut.
1.3. MENGEMBANGKAN KEPEMIMPINAN MUTU.
Kepemimpinan yang berwawasan mutu merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab menyeluruh terhadap usaha mencapai suatu tujuan.
Fungsi kepemimpinan mutu adalah sebagai berikut:
1). Perencanaan Mutu: Fungsi ini meliputi identifikasi pelanggan dan kebutuhannya,mengembangkan produk sesuai kebutuhan pelanggan,mengembangkan metode dan proses kerja serta mengubah hasil perencanaan kedalam tindakan.
2). Pengendalian Mutu: Fungsi ini mencakup langkah langkah evaluasi kinerja aktual,membandingkan kinerja dengan tujuan,melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan kinerja yang ada.
3). Perbaikan Mutu. Fungsi ini meliputi penyediaan prasarana untuk perbaikan mutu secara berkesinambungan,identifikasi proses satu metoda yang membutuh-kan perbaikan,membentuk tim yang bertanggung jawab atas program perbaikan mutu,menye-diakan sumber daya serta pelatihan yang dibutuhkan oleh tim dalam memecahkan masalah.
1.4. MENETAPKAN TUJUAN PENINGKATAN MUTU
Pada langkah ini perlu dirumuskan secara tepat dan benar tentang tingkat kesenjangan kinerja yang terjadi,sehingga akan semakin jelas dan tepat kearah mana tujuan yang ingin dicapai dalam peningkatan mutu.
Tujuan digambarkan dalam bentuk kuantitas yang harus dicapai ketika program sudah selesai. Beberapa petunjuk yang perlu untuk menuliskan tujuan adalah sebagai berikut:
1. Spesifik. Tujuan harus bersifat spesifik,dan tidak mengambang. Spesifik berarti bahwa target yang akan kita capai itu sudah menjurus atau terfokus pada suatu issue/topik.
2. Measurable. Tujuan yang akan kita capai sedapat mungkin harus dapat diukur melalui indikator tertentu.
3. Achievable. Tujuan yang telah ditetapkan sedapat mungkin harus dapat dicapai
4. Realistis. Tujuan yang diinginkan sifatnya realis, dan tidak muluk muluk.
5. Time Bound. Untuk mencapai tujuan tersebut haruslah dalam batas waktu tertentu.
1.5. MENYUSUN RENCANA STRATEJIK DAN OPERASIONAL
Penyusunan rencana stratejik dan rencana operasional rumah sakit sebaiknya berdasarkan pada analisa SWOT dengan memperhitungkan faktor faktor eksternal dan internal dari pada rumah sakit. Kesenjangan nilai yang ditemukan berdasarkan analisa tersebut,disusun suatu rencana aksi yang kegiatannya berfokus pada visi dan misi organisasi.
Jenis-Jenis Pelatihan pada fase ini antara lain:
• Pelatihan/Orientasi tentang Mutu
• Pelatihan Pengkajian Kebutuhan Pelatihan (TNA).
• Pelatihan Kepemimpinan Mutu
2. FASE TRANSFORMASI
Pada fase ini beberapa strategi yang disarankan adalah sebagai berikut:
• Pemilihan proses proses prioritas yang akan ditingkatkan dalam bentuk proyek percontohan.
• Pembentukan kelompok kelompok kerja yang kompeten terhadap proses proses tersebut.
• Identifikasi anggota untuk masing masing kelompok kerja
• Proses dalam kelompok kerja untuk melakukan perbaikan yang berkesinambungan dengan siklus PDCA atau PDSA
• Pelatihan Penyusunan Standar dan Dokumentasi Mutu.
• Pelatihan Internal Audit Mutu and Corective Action
• Pelatihan Manajemen Stratejik
• Evaluasi
Jenis-jenis Pelatihan dalam fase ini antara lain:
1. Pelatihan Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
2. Tim Building
3. Analisa tugas dan Analisa Jabatan.
4. Supervisi
5. Management and Statistic Tools
3.FASE INTEGRASI
Pada fase ini strategi yang disarankan adalah:
• Mengintegrasikan pelaksanaan CQI pada seluruh jajaran organisasi
• Membentuk dan mempertahankan komitmen terhadap mutu melalui optimalisasi dan proses perbaikan yang berkesinambungan
• Pelatihan pada seluruh karyawan
• Penetapan indikator mutu
• Pengembangan sistem surveilance dan evaluasi mutu yang tepat
• Penerapan proses perbaikan mutu yang berke-sinambungan pada semua unit dan lintas unit dengan membentuk kelompok-kelompok kerja yang mandiri
Jenis Jenis Pelatihan pada fase ini antara lain misal:
• pelatihan team based
• pelatihan GKM,PKM,BPI
• Asuhan Keperawatan
• Standar Pelayanan Medis
• Manajemen Review
• Penyusunan Indikator
• Monitoring dan Evaluasi
Bab IV
PENUTUP
Kegiatan Jaminan Mutu merupakan suatu kegiatan yang integral yang harus tersirat dalam setiap kegiatan pelayanan kesehatan. Mutu harus dilihat dari berbagai dimensi,dan pemenuhan setiap dimensi mempunyai persyaratan persyaratan tertentu.
Untuk menghasilkan suatu pelayanan yang bermutu diperlukan waktu yang relatif panjang dan membutuhkan kerja sama yang baik dari pada semua unsur yang terlibat dalam rumah sakit.
Beberapa prinsip dalam jaminan mutu yang harus diikuti adalah Fokus pada pelanggan,Pendekatan ilmiah,Perbaikan yang berkesinambungan dan Pemanfaatan Tim dalam pengambilan keputusan.
Ooo000ooo

Minggu, 01 Januari 2012

8 Hewan Paling Beracun di Dunia




Stonefish

Ikan batu yang wujudnya biasa-biasa saja, dengan panjang hanya sekitar 30 cm ini, bersembunyi di dasar laut atau di bawah terumbu karang, dirinya menyaru menjadi sebuah batu yang tidak menarik perhatian. Meski Anda berdiri di sisinya, ia akan tetap diam tidak bergerak, sehingga Anda tidak melihatnya. Jika tidak hati-hati dan menginjaknya, maka tanpa ampun lagi ia akan segera menyerang balik dan menyemburkan racunnya yang mematikan. Sebanyak 12-14 batang duri yang tajam seperti jarum di atas punggungnya itu bisa dengan mudah menembus sol sepatu Anda dan tembus ke telapak kaki, sehingga dengan cepat Anda pun keracunan, dan terus merasakan sakit yang hebat hingga Anda menemui ajal.



Kodok beracun

Kodok beracun sama dengan binatang amfibi lainnya, kulitnya banyak mengandung kelenjar, dapat mengeluarkan cairan lengket untuk membasahi kulit sekaligus melindungi dirinya. Racun yang dikeluarkannya sangat berbisa, sehingga menjadikannya sebagai salah satu binatang paling berbisa di dunia. Selain manusia, ia tidak punya musuh alami lain. Racun yang dikeluarkan dari kodok beracun di Kolumbia barat, Amerika Selatan, adalah racun paling hebat yang diketahui saat ini di dunia, hanya dengan 1/100.000 dari 1 g racunnya sudah cukup mengakibatkan satu orang mati keracunan.

Funnel Webspider
Funnel Webspider adalah suatu laba-laba yang sangat berbisa diAustralia. Adalah salah satu laba-laba yang paling mematikan di dunia, beringas dan suka berkelahi, jika manusia terkena gigitannya, akan menemui ajal dalam waktu 15 menit.



Blue Ring Octopus

Blue Ring Octopus dan ubur-ubur berbentuk kotak merupakan dua jenis binatang laut yang paling berbisa. Cairan racun dalam tubuhnya dapat menyebabkan kematian dalam hitungan menit. Hingg asaat ini, secara medis belum ada cara menawar racunnya, Blue Ring Octopus sifatnya pemalu, suka bersembunyi di bawah batuan, malam hari baru keluar dari sarangnya dan mencari mangsa.



Kadal raksasa komodo

Kadal raksasa komodo atau disebut juga naga komodo, panjang total badannya bisa mencapi 3 meter. Namun umumnya hanya sekitar 2 meter, dalam keadaan perut kosong beratnya bisa mencapai 54 kg. Setelah makan beratnya bisa mencapai 80 kg. Racunnya terutama berasal dari bakteri di ludahnya, seorang manusia dewasa akan menemui ajalnya waktu 24 jam jika tergigit olehnya.



Red Black Spider

Red Black Spider juga merupakan salah satu laba-laba yang paling berbisa, disebut juga janda hitam. Jika tergigit olehnya, saat pertama-tama sangat sulit merasakannya, namun 5 menit kemudian luka akibat gigitannya itu baru mulai terasa panas dan sakit, jika tidak segera ditangani mungkin akan berakibat fatal.



Raja ular cobra

Ular kobra yang khusus memangsa ular sebagai hidupnya membuat sejumlah besar spesies ular lainnya ciut ketakutan, daerah kekuasaannya jangan harap bisa ditempati ular lain. Jika sang cobra dibuat terkejut, ia akan menjadi ganas, bagian depan badannya akan berdiri tegak, lidah yang panjang halus dan bercabang, kepalanya berayun dengan lincah mengikuti gerak gerik mangsanya, dan jangan harap mangsanya bisa dengan mudah meloloskan diri darinya.
Ular laut Australia
Ular laut yang hidup di samudera Australia berada di urutan kedua dalam deretan ular paling berbisa. Ular laut ini ditumbuhi dengan moncong yang besar, batang tubuhnya seperti tabung bundar, panjang, ujung belakang dan sisi ekornya pipih. Sifat racunnya bahkan lebih ganas dari kobra, jika terkena gigitannya, akan menemu ajal dalam waktu 10 menit. Ular laut ini hidup di sebuah daerah perairan yang sama dengan ubur-ubur kotak.



Box jelly Fish

Disebut juga tawon laut, tergolong binatang rongga (coelenterata), hidup di daerah perairan lepas pantai timur laut, Australia. Ia kerap muncul di daerah perairan laut dangkal pantai laut Queensland, dan dianggap sebagai makhluk yang paling beracun bagi manusia yang sudah diketahui di dunia saat ini. Jika tergigit akan menemui ajal dalam hitungan detik. PS : Jangan melihat bentuk luarnya, makhluk ini adalah makhluk paling beracun sedunia.



KONSEP KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN DENGAN GIGITAN SERANGGA



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. Selain kasus gigitan serangga dan binatang berbisa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan serangga dan binatang berbisa?
2. Apa saja penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa?
3. Bagaimana penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan serangga dan binatang berbisa
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kegawatdaruratan Pada Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa
1. Definisi gigitan serangga
Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan gatal-gatal. Reaksi tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga ada yang berakhir dalam beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa.
Insect bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit seseorang.
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan atau serangan gigitan serangga didantaranya adalah:
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis).
Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
• Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)
• Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau kerongkongan/tenggorokan
• Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan selaput lendir (angioedema)
• Pusing dan kacau
• Mual, diare, dan nyeri pada perut
• Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
b. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.
Serangga atau laba-laba yang menyebabkan hal tersebut misalnya:
• Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
• Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
• Laba-laba gembel (hobo)
• Kalajengking
c. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
• Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang lalu mati setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh, mereka lebih agresif dari pada lebah madu kebanyakan dan sering menyerang bersama-sama dengan jumlah yang banyak
• Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), dapat menyengat berkali-kali. Si jaket kuning dapat menyebabkan sangat banyak reaksi alergi
• Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali
d. Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
e. Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
f. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) digunakan untuk mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum menyebabkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak serta diiringi gejala flu tujuh sampai empat belas hari setelah penggunaan anti serum.
g. Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
h. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya malaria.

2. Definisi gigitan binatang berbisa
Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh gigitan hewan berbisa seperti ular, laba-laba, kalajengking, dll.
Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular.
Ular yang berbisa memiliki ciri- ciri :
a. Bentuk kepala segiempat panjang
b. Gigi taring kecil
c. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
Sedangkan ciri-ciri ular tidak berbisa seperti :
a. Bentuk kepala segitiga
b. Dua gigi taring besar di rahang atas
c. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.
c. Myotoksin: mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan
g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

B. Penyebab Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa
a. Penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa
Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.
Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat.
Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.
b. Gejala
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut. Kulit yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas, pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi yang disebut anafilaksis. Ini juga diakibatkan karena alergi pada gigitan serangga. Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan kematian karena gangguan udara.Sengatan dari serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan hingga mengakibatkan sakit pada otot dan gagal ginjal.
Sedangkan tanda dan gejala dari gigitan binatang berbisa seperti ular yaitu :
Tanda umum ular berbisa adalah kepalanya berbentuk segitiga. Tanda lain adalah dari penampakan langsung misalnya corak kulitnya. Dari bekas gigitan dapat dillihat dua lubang yang jelas akibat dua gigi taring rahang atas bila ularnya berbisa, dan deretan bekas gigi-gigi kecil berbentuk U bila ularnya tak berbisa.
Digigit oleh ular berbisa menghasilkan efek yang bervariasi, dari luka gigitan yang sederhana sampai sakit yang mengancam nyawa dan kematian. Hasil temuan pada korban gigitan ular dapat menyesatkan. Seorang korban dapat tidak menunjukkan gejala inisial, dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan menjadi syok.
Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori mayor :
• Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp) menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.
• Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.
• Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek langsung pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.
• Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
• Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.

C. Penatalaksanaan Gigitan Serangga Dan Binatang Berbisa
1. Penatalaksanaan pada gigitan serangga
Jika seseorang yang telah digigit serangga mengalami gejala seperti di atas maka carilah pengobatan. Gejala tersebut bisa jadi anafilaksis fatal.
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak adalah gejala yang paling sering ditemui. Paling sering ini diobati di rumah dengan antihistamin.Jika gigitan menyebabkan infeksi (kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuh tinggi, demam, atau kemerahan di tubuh), pergilah ke dokter.Jika tidak diketahui apa yang menggigit, sangat penting untuk menjaga area yang digigit agar tidak terjadi infeksi.
Hubungi dokter jika ada luka yang terbuka, mungkin itu sengatan racun laba-laba. Seseorang yang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat serangga harus pergi ke rumah sakit terdekat jika mendapati gejala lain. Sedang orang yang tidak mempunyai riwayat tergigit serangga juga harus ke bagian gawat darurat jika:
a. Mendesah
b. Sesak nafas
c. Dada sesak atau sakit
d. Tenggorokan sakit atau susah berbicara
e. Pingsan atau lemah
f. Infeksi
a. Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai pengobatan. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan.
Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.
2. Penatalaksanaan pada gigitan binatang berbisa
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di lapangan dan manajemen di rumah sakit
a. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama adalah untuk mempertahankan pasien sampai mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk membuat insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik. Perawatan di lapangan yang tepat harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support. Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).
b. Pertolongan Pertama :
1) Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular dapat terus mengigit dan menginjeksikan bisa melalui gigitan berturut-turut sampai bisa mereka habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular dapat ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi aktivitas dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan daerah yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi aliran bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif dapat memberi beberapa keuntungan jika digunakan dalam beberapa menit setelah envenomasi. Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak ahli di masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk dapat menghisap bisa secara signifikan, dan mungkin alat penghisap dapat meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang dapat menghambat aliran darah jika daerah gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah – jika mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu jika sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
6) Jika daerah yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan aman ke fasilitas medis darurat kecuali ular telah pasti diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan jika tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati. Hati-hati pada kepalanya saat membawa ular – ular masih dapat mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah bisa fatal. Sebuah gigitan tanpa gejala inisial dapat tetap berbahaya atau bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bengkak sehingga menyebabkan bidai menghambat aliran darah. Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat efek mayor dari luka lokal, dapat dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama digunakan untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus sampai ke bagian atas ekstremitas dengan tekanan seperti akan membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap memperhatikan mencegah terhambatnya aliran darah. Teknik ini membantu mencegah efek sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga bisa memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan jika gejala yang signifikan terdapat di sana.
c. Manajemen di Rumah Sakit
Perawatan definitif meliputi pengecekan kembali ABC dan mengevaluasi pasien atas tanda-tanda syok (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat, perubahan status mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam nyawa. Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan endotracheal tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas. Korban dengan syok membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk mempertahankan aliran darah ke organ-organ vital.
Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.
Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan antivenin pada korban gigitan ular-ular viper. Derajat dibagi dalam ringan, sedang, atau berat.
a. Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tanda-tanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.
b. Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus dan penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah hematokrit atau trombosit).
c. Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur darah, hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin time dan tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes lain yang menunjukkan koagulopati konsumtif.
Penderajatan envenomasi merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom ringan awal dapat berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat.
Beri antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika korban datang dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tanda-tanda lokal atau sistemik. Neurotoksisitas dapat muncul tanpa tanda-tanda sebelumnya dan berkembang menjadi gagal nafas.
Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran lain. Suntikan tetanus diperlukan jika korban belum pernah mendapatkannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Beberapa luka memerlukan antibiotik untuk mencegah infeksi.

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA SENGATAN DAN GIGITAN ULAR

PENGKAJIAN
Pada sengatan serangga mungkin ditemukan :
~ Mendesah
~ Sesak nafas
~ Tenggorokan sakit atau susah berbicara
~ Pingsan atau lemah
~ Infeksi
~ Kemerahan
~ Bengkak
~ Nyeri
~ Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan

Pada gigitan ular dapat ditemukan data :
~ Tampak kebiruan
~ Pingsan
~ Lumpuh
~ Sesak nafas
~ syok hipovolemik
~ nyeri kepala
~ mual dan muntah
~ nyeri perut
~ diare
~ keluarnya darah terus menerusdari tempat gigitan
~ flaccid paralysis
~ Miotoksisitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
• Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
• Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi
• Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
• Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
• Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat

INTERVENSI
Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
Tujuan : Meredakan nyeri
Intervensi
1. Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
R/ : mengeluarkan sengat serangga yang masih tertinggal
2. Berikan kompres dingin
R/ : meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
3. Lakukan tehnik distraksi relaksasi
R/ : mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil, losion Calamine
R/ : mengurangi gatal – gatal

Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
Tujuan : Menangani penyebab, Memperbaiki suplai darah ke jaringan
Intervensi
1. Atasi setiap penyebab shock yang mungkin dapat di atasi(perdarahan luar)
R/: Mengurangi keparahan
2. Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.
R/: Kepala lebih rendah supaya pasien tidak hilang kesadaran
3. Kaki di tinggikan dan di topang
R/: Meningkatkan suplai darah ke otak
4. Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang menghalangi
R/: Sirkulasi tidak terganggu
5. Periksa dan catat pernapasan nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit
R/: Mengetahui tingkat perkembangan pasien

Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Mencegah peradangan akut
Intervensi
1. Pasang tourniket pada daerah di atas gigitan
R/: Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh
2. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk).
R/: Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut pada luka
3. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin dan serum Anti Bisa Ular (ABU) polivalen i.v dan disekitar luka. ATS dan penisilin procain 900.000 IU
R/: Mencegah terjadinya infeksi
Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
Intervensi
1. Auskultasi bunyi nafas
2. Pantau frekuensi pernapasan
3. Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
4. Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam
5. Observasi warna kulit dan adanya sianosis
6. Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
7. Batasi pengunjung klien
8. Pantau seri GDA
9. Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
10. Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)



Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
Intervensi
1. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis
2. Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
3. Beri kompres mandi hangat
4. Beri antipiretik
5. Berikan selimut pendingin

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
Intervensi
1. Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
3. Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
4. Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
5. Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
6. Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
7. Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka atau antisipasi dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
8. Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
9. Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
10. Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)